Rabu, 17 Oktober 2012

Model Evaluasi countenance Stake



        Model Countenance Stake
Model countenence adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan Stake. Nama countenance digunakan disini disesuaikan dengan judul artikel yang ditulis Stake. Dalam suatu pengertian yang diterjemahkan Stake pertama, countenance adalah keseluruhan, sedangkan dalam pengertian lain kata itu bermakna sesuatu yang disegani (favourable). Stake mendasarkan modelnya pada evaluasi yang sangat bergantung pada pemakaian “checklist, structured visitation by peers, controlled comparisons, and standardized testing of students” (Stake, 1972:93 dalam Hasan, 2008:207). Evaluasi  formal adalah evaluasi yang dilakukan pihak luar yang tidak terlibat dengan evaluan. Lebih lanjut, model ini dikembangkan atas keyakinan bahwa suatu evaluasi haruslah memberikan deskripsi dan pertimbangan sepenuhnya mengenai evaluan. Dasar ini yang menjadikan keyakinan Stake untuk memberikan tekanan pada pendekatan kualitatif. Dalam model ini stake sangat menekankan peran evaluator dalam mengembangkan tujuan kurikulum menjadi tujuan khusus yang terukur.
Model Countenance Stake terdiri atas dua matrik, yaitu :
1)      Matrik Deskripsi
Kategori pertama dari matriks deskripsi adalah sesuatu yang direncanakan  (intent) pengembangan kurikulum atau program. Seorang guru sebagai pengembang RPP, merencanakan keadaan persyaratan yang diinginkan untuk suatu kegiatan kelas tertentu. Apakah persyaratan tersebut berhubungan dengan peserta didiknya seperti minat, kemampuannya, pengalamannya, dan lain sebagainya yang biasa diistilahkan dengan entry behaviors.
Kategori kedua, dinamakan observasi, berhubungan dengan apa yang sesungguhnya sebagai implementasi dari apa yang diinginkan, pada kategori ini evaluator harus melakukan observasi (pengumpulan data) mengenai antecedents, transaksi, dan hasil yang ada di satuan pendidikan.
2)      Matrik Pertimbangan
Matrik pertimbangan terdiri atas kategori standart dan kategori pertimbangan, dan fokus antecedents, transaksi, dan outcomes (hasil yang diperoleh). Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum atau program yang dijadikan evaluan. Standart tersebut dapat dikembangkan dari karakteristik yang dimiliki kurikulum (fidelity) tetapi dapat juga dikembangkan dari yang lain (pre-ordinate, mutually adaptive, proses). Kategori kedua adalah kategori pertimbangan. Katagori ini menghendaki evaluator melakukan  pertimbangan dari apa yang telah dilakukan dari kategori pertama dan kedua matrik deskripsi sampai ke kategori pertama matrik pertimbangan.    
 
Gambar 2.6  Model Dasar Countenance
Sumber : (Hasan, 2008:210)


Keseluruhan Model dasar Countenance Stake terdiri atas 4 kotak antecendents (intent, observasi, standar dan pertimbangan), 4 kotak transaksi, dan 4 kotak hasil. Untuk menggunakan model Countenance Stake maka perlu diketahui juga dua konsep lagi yaitu contingency dan congruence. Kedua konsep ini memperlihatkan keterkaitan dan keterhubungan 12 kotak tersebut.   
Gambar 2.7  Model Pengolahan Data Deskripsi




 
Contingency terdiri atas contingency logis dan contingency empirik. Contingency logis adalah hasil pertimbangan evaluator terhadap keterkaitan atau keselarasan logis antara kotak antecedents dengan transaksi dan hasil. Evaluator juga memberikan pertimbangan keterkaitan empirik, berdasarkan data lapangan, antara antecedent, transaksi, dan hasil mengenai  congruence atau perbedaan yang terjadi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang terjadi di lapangan. Cara kerja model evaluasi Stake ini adalah sebagai berikut : evaluator mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan pengembangan program baik yang berhubungan dengan kondisi awal (antecedents), transaksi. dan juga hasil data dapat dikumpulkan melaluai studi dokumen tetapi dapat pula dilakukan dengan jalan wawancara.
 Analisis pertama digunakan didalam memberikan pertimbangan mengenai keterhubungan antara persyaratan awal, transaksi, dan hasil dari kotak-kotak tujuan (intens). Analisis kedua adalah analisis empirik, dasar bekerjanya adalah sama dengan analisis logis tapi data yang digunakan adalah data empirik. Jadi dalam analisis ini evaluator harus mempertimbangkan keterhubungan tersebut berdasarkan data empirik yang telah dikumpulkannya. Tugas evaluator berikutnya adalah memberikan pertimbangan mengenai program yang sedang dikaji. (Stake 1972: 100 dalam Hasan, 2008 :214) menganjurkan agar evaluator jangan mengevaluasi kurikulum secara mikroskop tapi harus dengan “apanoramic view finder”. Adanya beragam standar memberikan kesempatan kepada evaluator untuk menggunakan standar tersebut dengan teropong panorama dan bukan teropong mikroskop.