1. Pengertian Cooperatif Learning
Pengertian cooperative learning berasal dari kata
cooperatif yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim. Johnson (dalam Hasan, 1994) mengemukakan “Cooperanon means working together to
accomplish shared goal. Within cooperative activities individuals seek outcomes
that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the
istructional use of small groups that allows students to work together to
maximize their own and each other as learning”. Berdasarkan penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah bekerja bersama
dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil
yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui
inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang.
Sedangkan Anita Lie (2002) menyebutkan cooperative learning dengan istilah
pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan
pada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang
terstruktur. Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi
mendominasi, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang
lainnya dan saling belajar dari teman sebayanya (peer teaching). Melalui model pembelajaran ini siswa dituntut untuk
aktif dan berperan penting dalam pencapaian keberhasilan kelompok dan dirinya
sendiri, sehingga pembelajaran kooperatif dapat mewujudkan keberhasilan pada
proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented).
Pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan tujuan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang sangat penting yaitu :
a.
Hasil
belajar akademik
Dalam
belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki
prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping
mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif
dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b.
Penerimaan
terhadap perbedaan individu
Tujuan
lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
c.
Pengembangan
keterampilan sosial
Tujuan
penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial,
penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.
2. Kriteria
cooperative learning
Pembelajaran kooperatif mempunya criteria-kriteria
yang berbeda dengan pembelajaran yang lainnya hal ini Nampak dari lima unsure
dasar dalam pembelajaran cooperative
learning yang diungkapkan oleh Bennet (1995) diantaranya yaitu :
a. Positive Interdepedence,
yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama diantara
anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain
pula atau sebaliknya. Untuk menciptakan suasana tersebut, guru perlu merancang
struktur dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar,
mengevaluasi dirinya sendiri dan teman
kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami bahan pelajaran. Kondisi
seperti ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya ketergantungan secara positif
pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas
yang menjadi tanggung jawabnya, yang mendorong setiap anggota kelompok untuk
bekerja sama.
b. Interaction Face to face,
yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak
adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan
perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya
saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi
hasil pendidikan dan pengajaran.
c. Adanya
tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok
sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan
setiap anggota kelompok menjadi lebih kuat pribadinya.
d. Membutuhkan
keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan
kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
e. Meningkatkan
ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu
tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learning adalah siswa berlajar ketrampilan bekerjasama
dan berhubungan. Ini merupakan ketrampilan yang sangat penting dan sangat
diperlukan dimasyarakat. Siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilan dan
efektifitas kerjasama yang telah dilakukan. Untuk mengetahui informasi itu para
siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana
mereka telah bekerjasama sebagai satu tim, seberapa baik tingkat pencapaian
tujuan kelompok, bagaimana mereka saling membantu satu sama lain, bagaimana
mereka bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok
secara keseluruhan menjadi berhasil dan apa yang mereka butuhkan untuk
melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih berhasil.
3. Relevansi
cooperative learning terhadap guru
Terdapat tiga ciri atau sikap yang mungkin dimiliki
guru. Ketika sikap itu adalah apakah guru akan disiapkan menjadi guru yang : a)
Propagandis, b) Netral, atau c) berpengetahuan luas dan pengabdian tinggi (wellinformed and well-dedicated).
Pertama,
guru yang propagandis adalah sebutan bagi guru yang setiap penampilannya akan
memukau anak-anak, namun bila terus-menerus akan menimbulkan rasa jemu dari
anak. Kedua, guru yang netral adalah guru
yang tidak punya pendirian, dan tidak punya tanggung jawab dalam menyampaikan
pelajaran, karena ia sendiri tidak yakin akan maknanya. Ketiga, sikap guru yang baik,
yaitu guru yang memiliki pengetahuan luas dan siap menyampaikannya
dengan penuh ketulusan dan tanggung jawab kepada siswa, ia sadar sedang
mengembang misi tertentu. Dengan cara ini, siswa akan hormat kepada gurunya.
Sikap ini dapat terlaksana bila dalam menyampaikan
pembelajaran, guru berpegang pada prinsip sebagai berikut : 1) mengembangkan
rasa ingin tahu siswa, memberi kesempatan pada siswa untuk memperkaya
pengetahuan tentang konsep ruang dan waktu, 2) mampu mem-bedakan waktu (konsep
waktu dan konsep kronologis), 3) mengembangkan proses pembelajaran yang
terfokus pada diri siswa, 4) menggunakan media dan buku sumber (media dan buku
sumber itu dapat membantu siswa untuk lebih mengerti dan memahami pembelajaran.
4. Relevansi
cooperative learning terhadap siswa
Pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan
efektif pada diri siswa bila ditanamkan unsure-unsur dasar belajar kooperatif.
Dengan dilaksanakannya model cooperative
learning secara berkesinambungan dapat dijadikan sebagai sarana bagi guru
untuk melatih dan mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa,
khususnya ketrampilan social siswa untuk bekal hidup bermasyarakat.
Siswa selain dilatih mengembangkan kemampuan
kognitifnya, juga dilatih aspek untuk mengembangkan social skill yang dimilikinya. Keberhasilan siswa dalam
pembelajaran ini akan berdampak pada keberhasilan guru dalam mengelola kelasnya
dengan menggunakan model cooperative
learning.
5.
Keunggulan Cooperative Learning
Jarolimek &
Parker (1993) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam Cooperative
Learning adalah : 1) saling
ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan
individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4)
suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5) terjalinnya hubungan yang hangat
dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan 6) memiliki banyak kesempatan
untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, S. Hamid. 1994. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Dirjen Dikti Depdikbud.
Isjoni. 2013. Cooperative
Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta.
Jarolimek, J & Parker. 1993. Social Studies in Elementery Education (Sixth Edition). New York : Mac Milan
Company.
Johnson & Johnson. 1994. Cooperative Learning in The Classroom. Virginia, Association for
Supervision and Curriculum Development.
Joyce, Bruce., Marsha Weil and Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching. New Jersey: Person
Education, Inc.
Jolliffe, Wendy. 2007. Cooperative Learning in the Classroom, Putting it into Practice. London : A SAGE Publications Company.
Lie, A. 2002. Cooperative
Learning. Jakarta : Grasindo
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran berorientasi standart proses pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.