Model Countenance Stake
Model countenence
adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan Stake. Nama countenance digunakan disini disesuaikan
dengan judul artikel yang ditulis Stake. Dalam suatu pengertian yang
diterjemahkan Stake pertama, countenance
adalah keseluruhan, sedangkan dalam pengertian lain kata itu bermakna sesuatu
yang disegani (favourable). Stake
mendasarkan modelnya pada evaluasi yang sangat bergantung pada pemakaian “checklist, structured visitation by peers,
controlled comparisons, and standardized testing of students” (Stake,
1972:93 dalam Hasan, 2008:207). Evaluasi formal adalah evaluasi yang dilakukan pihak
luar yang tidak terlibat dengan evaluan. Lebih lanjut, model ini dikembangkan
atas keyakinan bahwa suatu evaluasi haruslah memberikan deskripsi dan
pertimbangan sepenuhnya mengenai evaluan. Dasar ini yang menjadikan keyakinan
Stake untuk memberikan tekanan pada pendekatan kualitatif. Dalam model ini
stake sangat menekankan peran evaluator dalam mengembangkan tujuan kurikulum
menjadi tujuan khusus yang terukur.
Model Countenance
Stake terdiri atas dua matrik, yaitu :
1)
Matrik
Deskripsi
Kategori pertama dari matriks deskripsi
adalah sesuatu yang direncanakan (intent) pengembangan kurikulum atau
program. Seorang guru sebagai pengembang RPP, merencanakan keadaan persyaratan
yang diinginkan untuk suatu kegiatan kelas tertentu. Apakah persyaratan
tersebut berhubungan dengan peserta didiknya seperti minat, kemampuannya, pengalamannya,
dan lain sebagainya yang biasa diistilahkan dengan entry behaviors.
Kategori kedua, dinamakan observasi,
berhubungan dengan apa yang sesungguhnya sebagai implementasi dari apa yang
diinginkan, pada kategori ini evaluator harus melakukan observasi (pengumpulan
data) mengenai antecedents,
transaksi, dan hasil yang ada di satuan pendidikan.
2)
Matrik
Pertimbangan
Matrik pertimbangan terdiri atas kategori
standart dan kategori pertimbangan, dan fokus antecedents, transaksi, dan outcomes
(hasil yang diperoleh). Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu
kurikulum atau program yang dijadikan evaluan. Standart tersebut dapat
dikembangkan dari karakteristik yang dimiliki kurikulum (fidelity) tetapi dapat juga dikembangkan dari yang lain (pre-ordinate, mutually adaptive,
proses). Kategori kedua adalah kategori pertimbangan. Katagori ini menghendaki
evaluator melakukan pertimbangan dari
apa yang telah dilakukan dari kategori pertama dan kedua matrik deskripsi
sampai ke kategori pertama matrik pertimbangan.
Gambar 2.6 Model Dasar Countenance
Sumber :
(Hasan, 2008:210)
Keseluruhan Model dasar Countenance Stake terdiri atas 4 kotak antecendents (intent, observasi, standar
dan pertimbangan), 4 kotak transaksi, dan 4 kotak hasil. Untuk menggunakan
model Countenance Stake maka perlu
diketahui juga dua konsep lagi yaitu contingency
dan congruence. Kedua konsep ini
memperlihatkan keterkaitan dan keterhubungan 12 kotak tersebut.
Gambar 2.7 Model Pengolahan Data Deskripsi
Contingency terdiri atas contingency logis dan contingency
empirik. Contingency logis adalah
hasil pertimbangan evaluator terhadap keterkaitan atau keselarasan logis antara
kotak antecedents dengan transaksi
dan hasil. Evaluator juga memberikan pertimbangan keterkaitan empirik,
berdasarkan data lapangan, antara antecedent,
transaksi, dan hasil mengenai congruence atau perbedaan yang terjadi
antara apa yang dikerjakan dengan apa yang terjadi di lapangan. Cara kerja
model evaluasi Stake ini adalah sebagai berikut : evaluator mengumpulkan data
mengenai apa yang diinginkan pengembangan program baik yang berhubungan dengan
kondisi awal (antecedents),
transaksi. dan juga hasil data dapat dikumpulkan melaluai studi dokumen tetapi
dapat pula dilakukan dengan jalan wawancara.
Analisis pertama digunakan didalam memberikan
pertimbangan mengenai keterhubungan antara persyaratan awal, transaksi, dan
hasil dari kotak-kotak tujuan (intens).
Analisis kedua adalah analisis empirik, dasar bekerjanya adalah sama dengan
analisis logis tapi data yang digunakan adalah data empirik. Jadi dalam
analisis ini evaluator harus mempertimbangkan keterhubungan tersebut
berdasarkan data empirik yang telah dikumpulkannya. Tugas evaluator berikutnya
adalah memberikan pertimbangan mengenai program yang sedang dikaji. (Stake
1972: 100 dalam Hasan, 2008 :214) menganjurkan agar evaluator jangan mengevaluasi
kurikulum secara mikroskop tapi harus dengan “apanoramic view finder”. Adanya beragam standar memberikan
kesempatan kepada evaluator untuk menggunakan standar tersebut dengan teropong
panorama dan bukan teropong mikroskop.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar